Sabtu, 04 September 2010

Sinopsis Cinderella’s Sister – Episode 15

Setelah membaca buku harian ayahnya, Hyo-sun berhamburan ke kamar Kang-sook. Dia menatap Kang-sook dengan tatapan benci dan mulai melempari baju dari dalam lemari ibu dan bahkan melemparkan koper ibu. Hyo-sun berteriak, “Keluar!” Sayangnya, kejadian itu hanya ada di kepala Hyo-sun sebab sebenarnya, Hyo-sun hanya berdiri di luar pintu kamar ibu. Dia yakin akan memerankan skenario itu tapi akhirnya kemudian dia berbalik dan pergi. Di dalam kamarnya, Kang-sook duduk dengan tenang menguatkan dirinya untuk menghadapi pertengkaran yang tidak pernah terjadi.

Di kamarnya, Hyo-sun mengatakan pada foto ayahnya kalau dia baru saja akan bertanya bagaimana Kang-sook bisa melakukan itu pada ayah dan bahwa dia bisa saja mengusir Kang-sook! Hyo-sun berkata, “Tapi aku tidak melakukannya, ayah! Aku tidak ingin mengusir dia dengan mudahnya. Sebab aku tidak ingin menyelesaikan ini dengan mudahnya, aku bertahan.” Hyo-sun mengatakan pada ayahnya untuk menunggu dan melihat bagaimana dia menyelesaikan ini.

Keesokan paginya, Hyo-sun mengejutkan ibu di lorong. Dia memandang ibu dengan dingin dan menebak kalau ibu pasti akan menceritakan apa yang terjadi pada Eun-jo. Hyo-sun tidak akan membiarkan hal itu terjadi dan dia menjelaskan pada ibu dengan nada yang tenang, “Kau tidak harus melakukan itu, I – bu!” Suara Hyo-sun terdengar menantang ketika dia melanjutkan, “Kalau Eun-jo tahu, segalanya akan jadi ramai, dan aku tidak menginginkan itu. Biarkan ini mengendap dengan tenang. Jangan melakukan apapun. Tinggal saja dengan tenang sebagai nyonya rumah ini. Sebagai ibuku.”
Kemudian, Hyo-sun kembali ke suara normalnya dan mengatakan kalau Eun-jo telah pergi untuk menangani masalah kontrak. Kang-sook dibiarkan heran pada apa yang terjadi pada anak tirinya. Ke masalah lain. Sekarang mesin sudah dibatalkan, jadi Ki-hoon pergi ke teman lamanya dan meminta pertolongan. Begitu pentingnya permintaan Ki-hoon hingga dia tidak meminta banyak ketika dia memberitahu kenalannya apa yang dia perlukan. Ki-hoon tahu dia sudah bersikap lancing tapi penderitaannya tidak memikirkan bagaimana harus bersikap sopan.

Tidak sukses dengan satu kenalan, Ki-hoon beralih ke yang lain yang bahkan kali ini menutup telponnnya. Ki-hoon menelpon lagi pria itu kalau dia akan bertemu dengannya karena dia menolak untuk menyerah sampai dia mendapat kesempatan untuk bertemu. Hyo-sun mengumumkan pesan bahwa Ki-jung ingin bertemu dengan Eun-jo dan kelihatannya perubahan sikap Hyo-sun tidak membuat Eun-jo curiga.

Hyo-sun dengan santai bertanya tentang seorang pria yang bernama Jang. Dia bertanya apakah Eun-jo yakin kalau tidak ada orang seperti itu di keluarga ibu. Eun-jo tegang, seolah-olah Hyo-sun sudah tahu yang sebenarnya, dan menjawab kalau tidak ada pria seperti itu. Hyo-sun memandangi Eun-jo dengan lekat lalu berkata, “Baiklah. Aku mengerti.”
Eun-jo berharap Hyo-sun ikut dengannya bertemu dengan Ki-jung. Akan tetapi, Hyo-sun sudah berencana untuk tinggal di rumah sebab kelihatannya ibu memerlukannya. Kata2 yang diucapkan Hyo-sun memang tidak aneh tapi cara Hyo-sun mengucapkan kata2 itu membuat Eun-jo tidak tenang. Karena bertambah tidak nyaman, Eun-jo menelponl ibunya. Karena tidak mendapatkan jawaban, Eun-jo langsung mencari Jung-woo untuk mengatakan padanya kalau Paman Jang tidak boleh muncul lagi.

Jung-woo memberikan jaminan pada Eun-jo kalau Jang tidak akan muncul. Dia sudah mengatakan dengan jelas kalau dia memerlukan uang, dia akan menelpon Jung-woo dan bukan Eun-jo. Hyo-sun menemukan Kang-sook dengan mengemas kimbap di dapur dan memasukkan sepotong ke mulutnya. Kang-sook begitu penasaran pada sikap Hyo-sun dan sedikit pujian membuatnya ngeri.

Ini bahkan tidak dibantu oleh telpon yang diterima Hyo-sun dari nenek, khususnya lagi ketika Hyo-sun bertanya, “Bagaimana dengan ibuku?” Kang-sook memandang anak tirinya dengan khawatir ketika Hyo-sun melanjutkan, “Aku tidak tahu apa yang akan kau ucapkan, tapi jangan katakan itu, Nek! Aku akan datang menemuimu segera. Jadi jangan katakan itu sekarang.” Di tempat lain, Ki-hoon pergi ke tempat Ki-jung untuk meminta kakaknya itu memberitahunya sejauh mana Ki-jung akan melaksanakan perbuatan kejam itu.
Ki-jung menjawab kalau dia tidak bisa memberitahu Ki-hoon sebab dia tidak mengenal dirinya sendiri – tapi dia berencana melakukan ini sampai akhir. Ki-jung hanya ingin membuat Ki-hoon takut dan kemudian dia mengatakan kalau Ki-hoon sebaiknya pergi sebelum Eun-jo tiba. Ki-hoon turun dengan lift dan benar saja, waktu pintu lift terbuka, ada Eun-jo dihadapannya.

Pikiran Eun-jo sangat tersita hingga waktu masuk ke dalam lift dan berdiri di depan Ki-hoon, dia sama sekali tidak memperhatikan Ki-hoon disana. Eun-jo naik untuk bertemu dengan Ki-jung. Ki-jung menyarankan pada Eun-jo ketimbang menggunakan dana dari Jepang untuk membangun kembali perusahaan Dae-sung, lebih baik menggunakan dana dari Hong Ju. Ini cara yang baik untuk mengambil alih dan Eun-jo tahu itu. Ki-jung menjelaskan proposalnya dengan sederhana: dia akan membantu Eun-jo melanjutkan penelitian tentang ragi dan dia akan membiarkan perusahaan Dae-sung mempertahankan namanya sebab perusahaan itu telah membangun reputasi yang solid yang patut dipertahankan.

Berlawanan dengan pernyataan Ki-jung, Eun-jo mengatakan, “Terima kasih.” Eun-jo mengatakan kalau Ki-jung baru saja mengatakan potensi besar perusahaan Dae-sung sebab pasti sangat berharga bagi perusahaan minuman nomer satu di negeri ini untuk menelan mereka. Eun-jo menambahkan, “Kau telah memberikanku kekuatan untuk bangkit kembali.” Faktanya, jika ragi Eun-jo seharga sesuai dengan harga yang ditawarkan Ki-jung maka harga pasarannya pasti beberapa kali lebih tinggi dari harga itu. Eun-jo pasti bodoh bila menjualnya sekarang. Eun-jo sekali lagi mengucapkan terima kasih pada Ki-jung lalu menambahkan, “Aku tidak akan melupakan apa yang telah kau lakukan pada kami, tidak akan pernah. Aku akan membalasmu jadi tunggu dan lihat.”

Perubahan yang terjadi sekarang berarti membuat Kang-sook tidak nyaman dengan semua saran dari Hyo-sun, seperti misalnya menjemput Jun-su ke TK-nya meskipun sebenarnya dia bisa pulang sendiri naik bus. Masih berbicara dengan nada yang sopan dan tenang, Hyo-sun menyarankan agar mereka membuat foto keluarga. Terlalu buruk sebab mereka tidak pernah berfoto bersama saat Dae-sung masih hidup tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kehangatan Hyo-sun yang terlihat pura2 membuat Kang-sook takut. Hyo-sun jadi sulit ditebak dan Kang-sook hanya bisa menyaksikan waktu Hyo-sun bermain dengan Jun-su. Kang-sook merasa ada bahaya bila mempercayai kepolosan Hyo-sun dan dia berpikir:
Kang-sook: Makhluk kecil itu berani melawanku tanpa rasa takut – aku, Song Kang-sook, yang bertarung dengan Tuhan atau Buddha dan menang. Aku tidak pernah takut pada Tuhan atau Buddha, tapi gadis itu yang hanya seekor anak anjing sekarang menunjukkan taringnya. Anak anjing ini lebih menakutkan dari hantu buatku.
Kang-sook menyelinap untuk pulang ke rumah saat anak2nya sedang bermain di taman. Dia cepat2 mengemasi barang2nya dan bergegas ke halte bus. Halte bus yang sama dimana Dae-sung dulu pernah datang untuk menghentikan kepergiannya.
Kang-sook: Takdir wanita jalang ini… melihatnya sekarang, hal paling kotor dalam hidupku adalah rumah ini. Tuhan, Buddha, terima kasih sudah menunjukkannya padaku sekarang. Akhirnya, kau harus mempercayai akalmu.

Bus akhirnya berhenti di halte itu tapi Hyo-sun ternyata tidak membiarkan Kang-sook pergi begitu saja. Dia terlihat dari kejauhan, berlari dan berteriak agar ibu tidak pergi kemana-mana. Kang-sook terburu-buru masuk ke dalam bus dan duduk dengan gelisah ketika bus itu mulai berjalan. Hyo-sun tersandung sepatunya jadi dia mengejar bus itu dengan bertelanjang kaki. Ketika supir bus melihat dia di kaca, dia mengabaikan perintah Kang-sook untuk tidak berhenti.

Hyo-sun masuk ke dalam bus. Dia megap2 kehabisan nafas dan terlihat marah. Dia menarik Kang-sook dan satu tangannya tetap memegangu baju ibu agar dia tidak kabur. Tapi itu tidak menghilangkan keinginan Kang-sook untuk kabur. Dia lari dan Hyo-sun mengejarnya. Pergulatan diantara mereka berdua membuat mereka terpeleset di rumput dan terguling ke parit kotor. Kang-sook berteriak kalau Hyo-sun adalah gadis mengerikan seperti hantu. Tapi Hyo-sun malah menatap dengan kejam dan berkata ibu tidak akan pergi kemana-mana – ibu akan tinggal dimana dia memang tinggal dan hidup di bawah perintah Hyo-sun, “Jika aku ingin melihatmu kabur, aku bisa saja mengusirmu. Apa kau pikir aku akan meninggalkanmu sendiri begitu saja?” Hyo-sun mengumumkan kalau ini adalah rahasia diantara mereka dan surga. Jadi tetap tutup mulut.

Kang-sook meminta Hyo-sun untuk mengutuknya saja atau memanggilnya jalang – bagaimana bisa Hyo-sun tersenyum dan memanggilnya ‘ibu’? Kang-sook berkata, “Kau seratus kali lebih menakutkan dariku, kau tahu itu?” Hyo-sun meledak dan berkata kalau bukan karena Jun-su, dia pasti akan melakukan itu. Tapi bagaimana bisa dia mengutuk adiknya – putra ayahnya? Hyo-sun: “Apakah aku harus mencoba? Apakah aku harus meludah di wajah Jun-su dan memanggilmu perempuan jalang?” Kang-sook menantang Hyo-sun untuk melakukannya tapi Hyo-sun berteriak kalau dia tidak bisa melakukan itu pada ayahnya. Sekarang Kang-sook mulai terisak tapi Hyo-sun tidak akan membiarkan Kang-sook untuk menenangkannya dan mendorongnya. Hyo-sun memperingatkan Kang-sook untuk jangan berani2nya meminta maaf sebab dia tidak akan mempercayai ibu.
Hyo-sun: Apa kau akan meminta permintaan maafku, ibu? Orang yang seharusnya kau mintai maaaf sudah meninggal, jadi kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Hiduplah seperti itu sepanjang hidupmu, sebagai pendosa. Apa kau pikir aku akan memaafkanmu? Apa kau pikir aku akan membiarkanmu hidup dengan perasaan tenang?

Hyo-sun berteriak saat dia menangis dan meratapi ketidakadilan ini. Kedua wanita ini berjalan pelan ke rumah dan keduanya terlihat sangat kacau. Hyo-sun lemas di belakang ibu sebab kakinya sakit. Kang-sook memandang lukan Hyo-sun dan Hyo-sun menaikkan dagunya seolah-olah dia ingin mengatakan, “Apa?!” Kang-sook berlutut di depan ibu dan menyuruh Hyo-sun untuk naik ke punggungnya. Begitulah Kang-sook membawa Hyo-sun pulang.
Eun-jo telah berusaha menghubungi Ki-hoon sepanjang hari tapi tidak berhasil. Jadi ketika akhirnya Ki-hoon muncul di rumah, Eun-jo cukup marah untuk memintanya mengundurkan diri. Tapi kemarahan itu segera hilang ketika Ki-hoon memberitahu Eun-jo kalau dia akhirnya berhasil menghubungi salah satu kenalannya untuk bekerja sama dengan mereka. Untuk itu, mereka sekarang punya pengganti untuk mesin pengetes ragi mereka yang dibatalkan. Tapi syarat ketat datang bersama perjanjian ini.

Sebagai tambahan atas harga tinggi dan perjanjian untuk bekerja sama dalam penelitian ragi, Ki-hoon harus bekerja untuk perusahaan itu. Kenalan Ki-hoon itu adalah kakak kelas saat dia kuliah di luar negeri (AS) dan kenalan ini mengatakan kalau Ki-hoon sangat diperlukan di perusahaan mereka. Ki-hoon setuju sebab itu satu2nya cara agar perusahaan Dae-sung bisa bangkit kembali dan menahan semua usaha yang ingin menghancurkan mereka.
Hal ini adalah berita buruk buat Eun-jo. Dan saat Ki-hoon sudah lama pergi, Eun-jo masih duduk dengan sedih. Beberapa waktu kemudian, Jung-woo melihat Eun-jo dengan khawatir dan memintanya untuk bergerak atau melakukan sesuatu.

Eun-jo: Dari dulu, cahaya matahari pagi sama sekali tidak menyenangkan bagiku. Aku lebih suka membuka mataku di rumah beberapa pria atau di kamar motel. Suara yang paling sering aku dengar adalah makian ibuku dan umpatan yang diucapkan oleh kekasih ibu. Suara peralatan rumah tangga yang pecah, hal2 seperti itu. Tapi suatu hari, aku tidak mendengar suara itu. Aku menebak setelah beberapa lama, aku akan mulai mendengar suara2 itu lagi. Kedamaian ini akan pecah, jadi aku tidak memercayainya. Jika aku percaya dan ternyata tidak benar, aku akan menjadi satu2nya yang terluka. Tapi meskipun waktu telah berlalu, aku tidak mendengar umpatan ibuku. Di atas semua itu, cahaya matahari mulai menyenangkan untukku – aku ingin tidur di malam hari karena begitulah cara pagi akan keluar. Jika aku tidur  lalu bangun, maka aku akan memulai hariku bersama pria itu. Kapanpun aku membalikkan kepala, orang inilah yang senang aku lihat. Aku tidak berani berharap banyak. Jika aku kembali dari suatu tempat, sudah cukup kalau dia berada disana. Jika aku tidak melihatnya untuk beberap waktu lalu tiba2 melihatnya, aku bahagia seolah-olah baru melihatnya untuk pertama kalinya setelah seribu tahun. Itu sudah cukup buatku. Tapi yang seperti itu adalah berharap terlalu banyak, dia pergi dan aku tidak bisa melihatnya lagi ketika yang aku perlukan hanyalah melihatnya lagi. Tapi sekarang dia pergi lagi. Dia bilang dia akan pergi. Benar2 menyebalkan…
Karena prihatin pada apa yang terjadi pada Eun-jo, Jung-woo setengah bercanda untuk menahan kepergian Ki-hoon dengan cara mematahkan kakinya. Begitu menderinya Eun-jo hingga dia bertanya, “Bisakah kau melakukan itu?” Eun-jo lalu berusaha meyakikan dirinya kalau ini adalah yang terbaik bagi mereka semua. Meski, dia tidak membohongi siapa2.
Eun-jo masuk ke dalam rumah dan mendengar suara ribut2. Dia melihat Hyo-sun dan Kang-sook sedang bertengkar – ibu berusaha mengobati kaki Hyo-sun tapi Hyo-sun menolak. Setelah Eun-jo masuk, mereka berhenti bertengkar. Hyo-sun tersenyum pada Eun-jo dan menatap Kang-sook dengan tatapan yang mengatakan, “Kau sebaiknya ikut bersandiwara atau aku akan membuatmu menyesalinya.”

Hyo-sun berkata kalau dia menangis karena ibu mengobatinya kurang hati-hati dan dengan manis meminta ibu untuk mengobatinya secara pelan-pelan saja. Kang-sook menurut dan Eun-jo meninggalkan ruangan itu, kecurigaannya menghilang untuk sekarang. Setelah Eun-jo menghilang, Hyo-sun menendang tangan Kang-sook dan menatapnya dengan marah.

Pada saat sarapan, Hyo-sun dan Kang-sook melanjutkan perang dingin mereka selagi Eun-jo makan. Eun-jo sama sekali tidak memerhatikan saling pandang diantara keduanya. Akan tetapi, dia memerhatikan keanehan Hyo-sun yang menggarami makanannya seolah-olah itu bukan apa-apa. Tapi saat Eun-jo mencobanya, dia tersedak. Karena merasa kalau Hyo-sun sedang demam, maka Eun-jo menariknya ke tempat tidur. Eun-jo mengabaikan perkataan Hyo-sun kalau dia baik2 saja. Eun-jo menyuruh Hyo-sun untuk beristirahat dan menunggu dokter sedangkan Kang-sook yang menunggui.
Hyo-sun melawan dan memandangi Kang-sook yang mendesah dengan berat, “Aku telah melakukan banyak dosa sehingga kau pasti dikirm padaku oleh takdir. Jadi ini hukuman buatku.” Ketika Eun-jo tiba di gudang anggur, dia mendengar suara tak terduga yang berasal dari ruang penyimpanan. Disana, dia melihat Ki-hoon sedang mencoba anggur dengan seorang wanita. Ki-hoon mengantar wanita itu ke mobilnya dan menyuruhnya pulang dengan senang.

Ki-hoon bergabung dengan Eun-jo untuk memberinya dokumen yang berhubungan dengan perkiraan harga. Eun-jo mulai membaca dan dia terpaku pada kenalan Ki-hoo hingga yakin dia bisa tertawa lepas. Dan Ki-hoon tertawa lepas bersama Eun-jo. Eun-jo mengatakan pada Ki-hoon kalau perubahan pekerjaan bagus untuknya – Ki-hoon seharusnya bekerja pada perusahaan besar. Alasan kenapa Ki-hoon masih tetap tinggal setelah kematian Dae-sung adalah karena dia tidak mendapatkan ijin untuk pergi, kan? Dalam sikap normalnya, Eun-jo sebenarnya menutup pintu dan menghadapi kenyataan.
Hyo-sun dirawat oleh dokter tradisional dan sedang tidur ketika Kang-sook memeriksa keadaannya. Tiba2 saja, Hyo-sun merintih dalam tidurnya dan mengatakan sesuatu dengan menyakitkan, “Jangan… jangan pergi.” Dia bahkan menangis. Kang-sook berbicara dengan foto pernikahannya untuk memberitahu Dae-sung, “Kau benar2 kejam dalam menghukum. Kau dan putrimu jauh lebih kuat daripada aku.”
Ki-jung menghadapi masalah baru ketika dia mendengar kalau perusahaan Dae-sung berusaha membuat anggur lagi. Di atas semua itu, mereka punya pembeli – Ki-hoon telah berusaha meyakinkan pembeli Jepang mereka untuk membeli produk dari mereka ketimbang Hong Ju. Di samping itu, penelitian telah mebuktikan kalau anggus Dae-sung lebih enak ketimbang punya Hong Ju. Ki-jung mencoba menahan marahnya dan bertanya apa ada lagi. Kemudian, Direktur Park mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya pada Ki-jung – surat pengunduran dirinya.

Di pabrik, Eun-jo menikmati suasana ketika melihat pabrik berproduksi lagi. Tapi ini hanya untuk sementara sebab dia kemudian menerima telpon dari Dong-soo. Dia mengatakan kalau Hong Ju adalah perusahaan yang mengacaukan perdagangan mereka di Jepang. Dan ada satu hal yang lebih penting… Apa Eun-jo tahu kalau Ki-hoon adalah putra bungsu di keluarga Hong?

Ki-hoon datang dengan membawa berita gembira dan memegang sebuah majalah dengan wajah Dae-sung di cover-nya. Headlinenya adalah penemuan ragi baru mereka. Dengan wajah tersenyum, Ki-hoon mengumumkan, “Semuanya berakhir sekarang, Eun-jo.”

Sinopsis Cinderella’s Sister – Episode 14

Ki-hoon berdiri di sisi tempat tidur ayahnya. Dia bertanya pada ayahnya apakah ayah tidak mau membiarkan saja semuanya – perang dan permusuhan keluarga. Ki-ho mengira ayah pingsan akibat mendengar kata2nya. Ayah mungkin ingin memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Ki-hoon – sebuah hubungan yang nyata. ki-hoon berkata kalau ayah memang menginginkan itu maka ayah harus meninggalkan semuanya dan tinggal di rumah yang sederhana bersamanya dimana mereka bisa pergi memancing berdua.

Dan kalau ada kesempatan, Eun-jo mungkin akan memaafkannya. Ki-hoon mungkin akan membawa gadis keras kepala sebagai menantu ayah dimana ayah bisa membesarkan anak mereka. Ayah menangkis semua perkataan Ki-hoon. Ayah akan mempertahankan semua uangnya. Ayah setuju untuk menyerah tapi Ki-jung tidak akan melepaskannya dan akan datang pula hari dimana Ki-jung akan memerlukan bantuan ayah.

Kang-sook meletakkan buku harian Dae-sung yang mengungkapkan betapa betapa cintanya pria itu padanya. Hyo-sun masuk ke dalam kamar itu mencoba untuk mendapatkan ketenangan dari ibu. Tapi kali ini, Kang-sook sedang tidak mood jadi dia melepaskan Hyo-sun begitu saja. Hyo-sun berkata pada ibu kalau hari ini dia sudah ditolak. Dia hanya ingin mencari kenyamanan tapi Kang-sook tidak dapat memberikannya.

Paman Jang menelpon Jung-woo untuk menjemput Eun-jo. Jang pergi dan Jung-woo dengan manis menyerahkan uang di kantongnya pada Jang serta menyuruhnya membeli sesuatu untuk dimakan. Eun-jo gemetaran di kuris belakang dan Jung-woo mengantarnya pulang ke rumah. Eun-jo tidak menghiraukan bantuan Jung-woo dan berjalan ke dalam rumah seperti zombie. Dia lalu memandangi ibu dengan tatapan khasnya. Tapi ibu masih duduk di tempatnya – seperti patung.
Eun-jo pergi ke kamarnya dimana Hyo-sun sedang menunggu. Hyo-sun bertanya apakah Eun-jo tidak akan bermain dengannya. Eun-jo terlihat seperti seorang kakak. Tapi Hyo-sun mulai memberitahunya kalau hari ini dia ditolak oleh pria yang dia suka. Hyo-sun mencoba tersenyum di tengah2 tangisnya tapi berkata kalau hatinya seperti dicabik-cabik. Eun-jo mendesah dan air mata mengalir di pipinya.
Eun-jo memanggil Jung-woo dari luar kamar pria itu dan Ki-hoon mendengar panggilan ini. Ki-hoon memberengut sebab Jung-woo yang dipanggil. Tapi ternyata, Eun-jo memanggil Jung-woo untuk membawa Ki-hoon keluar dari kamarnya. Eun-jo dan Ki-hoon kemudian berakhir di hutan… berdua. Mereka mengobrol.

Eun-jo memaki Ki-hoon karena ‘mengabaikan’ Hyo-sun pada saat2 seperti ini. Pada saat dimana dia hanya bergantung pada seutas benang. Eun-jo mengingatkan Ki-hoon kalau Ki-hoon sudah berjanji padanya kalau dia akan menjaga Hyo-sun, untuk menjaganya di tempat yang seharusnya diisi Eun-jo. Eun-jo mengulangi apa yang dia katakan pada ibunya – Hyo-sun lebih baik memiliki saudara dan ibu yang membencinya ketimbang tidak memiliki siapa2. Eun-jo: “Hyo-sun hanya punya satu orang di dunia ini. Apakah orang itu harus melakukan ini padanya?” Ki-hoon mendengarkan dengan tenang dan berikutnya, dia memuntahkan semua isi hatinya.

Ki-hoon: Apa kau sudah selesai? Dengan kata2mu yang berlebihan? Apa aku harus menerima Hyo-sun? Anak yang tidak pernah menjadi wanita bagiku, menyukaiku, jadi aku harus menerimanya dengan kesalahan? Apa aku tidak diharapkan untuk mempunyai perasaan atau pikiran? Kenapa? Karena aku berhutang pada paman (Dae-sung)? Haruskah aku menerimanya untuk membayar hutang? Apa begitu caramu membayar hutangmu, kau sialan? Cukup. Hentikan ini. Apa kau serius pada apa yang kau ucapkan? Sejujurnya, apa kau serius? Apa itu adalah hal yang ingin benar2 kau katakan padaku? Jika aku mengatakan padamu: ‘aku salah. Aku akan menerima Hyo-sun.’ Lalu apa yang akan kau lakukan? Apa itu yang ingin kau dengar? Sejujurnya? Apa itu yang benar2 kau rasakan?
Eun-jo berteriak balik, “Apa perasaanku yang sebenarnya?” Ki-hoon menjawab, “Kau tahu itu!” Eun-jo menantang Ki-hoon, “Apa?!” Ki-hoon kembali berujar, “Kau… aku…” Ki-hoon mendekat dan menarik tangan Eun-jo. Dia menarik Eun-jo lebih dekat dan berkata, “Kau hanya berusaha dan mengatakan kata2 itu padaku lagi. Jika kau mengatakannya lagi, aku akan sibuk sekali dengan pikiran untuk menyerah. Ayo lupakan semua itu. Kebaikan paman, hutangku, aku akan melepaskan semuanya. Yang aku butuhkan hanyalah kau. Jika aku memilikmu maka aku akan melupakan semua hutangku… dan hidup.”

Ki-hoon bertanya pada Eun-jo apakah Eun-jo ingin agar dia bersama Hyo-sun – dan air mata mulai jatuh dari mata Ki-hoon. Eun-jo akhirnya memecah kebekuannya dan membiarkan dirinya menangis. Ki-hoon memeluk Eun-jo. Dia memegang Eun-jo erat sekali dan mereka berdua menangis. Ki-hoon berkata, “Kita tidak bisa Eun-jo. Semuanya sudah terlambat. Kita tidak bisa. Aku tahu kau tidak mengerti, tapi kita tidak bisa. Aku marah seperti orang gila tapi kita tidak bisa.”
Eun-jo melepaskan dirinya dari Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk memikirkan ulang saudari tirinya. Dia menambahkan, “Kalau Hyo-sun bertambah sedih, aku rasa aku tidak akan sanggup menanganinya lagi.” Keesokan paginya, Eun-jo berangkat ke Jepang untuk melakukan uji coba pada mesin pembuat ragi yang baru. Dia bahkan bersikap baik pada Hyo-sun dan berjanji akan bermain dengannya begitu dia pulang nanti. Hyo-sun dan Ki-hoon menyaksikan kepergian Eun-jo dan ketika Hyo-sun berbalik untuk memandang Ki-hoon, dia melihat Ki-hoon memandang jauh ke arah Eun-jo. Di dalam mobil, Eun-jo juga memanfaatkan waktu yang ada untuk memandang Ki-hoon dan mengingat kejadian sebelumnya bersama Ki-hoon.

Sekelompok bibi datang ke rumah untuk mencari Kang-sook. Bibi pendeta ingin mencari selingan untuk diajak berkelahi. Bibi mencoba untuk mengusir Kang-sook karena dugaan perselingkuhan yang Kang-sook lakukan. Kang-sook memutuskan untuk menantang mereka untuk membuktikannya. Kalimat ini mengarah ke saling jambak, dorong, lengkap dengan vas pecah dan hidung yang berdarah.
Setelahnya, Kang-sook langsung menuju telpon untuk menelpon tetua kota yang lain dimana dia menangis bagaimana dia bersalah. Dia lalu menemui paman Hyo-sun – menantangnya bahwa tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari rumah ini. Dia menggunakan Jun-su sebagai alatnya. Lalu, Kang-sook mengusir paman. Lagi.
Perusahaan beras datang dan membuat Hyo-sun dan Ki-hoon kaget. Dia datang untuk memastikan bahwa pengantarannya sudah sampai sebab dia memutuskan untuk menghormati permintaan Hyo-sun dan Ki-hoon. Ki-hoon tersenyum pada Hyo-sun, memujinya karena sudah menangani masalah beras sampai tuntas. Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan tatapan aneh dan menyuruh Ki-hoon untuk menghentikan itu.

Hyo-sun: Jangan bicara begitu manis padaku. Aku tidak terlalu pintar, jadi itu benar2 membuatku bingung. Jika aku memikirkannya, sejak hari kau datang kesini, sampai hari kau secara resmi menolakku… selagi kau memarahiku karena bersikap kekanak-kanakan, memintaku untuk tidak bergantung padamu… kau sangat manis padaku seperti yang selalu kau lakukan. Meski dunia hancur, perasaan bahwa jika aku bergantung padamu maka semuanya akan baik2 saja… kau melakukan itu. Kau mendorongku ke ujung tebing… dank au bersikap baik padaku lagi… kau tidak bisa melakukan itu.
Hyo-sun mengirimkan Eun-jo sms dan di saat yang bersamaan, Hyo-sun mendapatkan E-mail dari Eun-jo. Kedua bersaudari ini saling mengirimkan berita kesuksesan mereka. Hyo-sun memgirim hasil itu ke lab dan dia menamai ragi itu ‘Dae-sung Ssakaro Myesis’. Hyo-sun berlari ke dalam rumah untuk mencari ibu tapi kemudian dia malah pergi ke tempat foto ayah – dia memberitahu ayah berita bagus ini. Hyo-sun berkata kalau unni sudah berhasil. Dan Eun-jo menamainya bukan dengan namanya sendiri tapi dengan nama ayah. Hyo-sun menangis karena bahagia sebab akhirnya bisa mencapai sesuatu atas nama ayah.
Hyo-sun bertemu dengan Dong-soo dan memberitahunya berita bagus itu selagi Dong-soo sedang sibuk mengetik. Hyo-sun bertanya apakah tidak apa bila Dong-soo membuat tulisan untuk perusaan Dae-sung sekali lagi di majalahnya. Dong-soo mengatakan kalau tulisan ini untuk blog-nya. Dia mengatakan pada Hyo-sun untuk tidak merendahkan netizem dan kekuatan internet. Dong-soo mengatakan kalau blog-nya punya lebih banyak pembaca ketimbang majalahnya. Bahkan dia menyebutkan namanya. Dong-soo memang selalu aneh. Hyo-sun pulang ke rumah untuk menyaksikan kekuatan internet. Dia disapa oleh fanclub-nya lengkap dengan tiruan iklan Hyo-sun.
Mesin untuk membuat ragi telah dikirim dari Jepang jadi ketika Eun-jo kembali mereka sudah bisa mulai membuat anggur beras dengan ragi Dae-sung. Sementara itu, Ki-jung sedang berusaha untuk menawar perusahaan Dae-sung dalam perjanjian dengan pedagang Jepang. Dia mencoba untuk memenangkan kembali pedagang yang dicuri oleh perusahaan Dae-sung.
Jung-woo bertanya pada Ki-hoon, “Bagaimana jika aku menikammu sekarang?” Ki-hoon tidak terlihat peduli dan mengatakan kenapa Jung-woo tidak memanfaatkan banyak kesempatan yang ada untuk melakukan hal itu. Ki-hoon berujar, “Karena Eun-jo, bukan? Adik laki2 seseorang, Han Jung-woo.” Ki-hoon berkata kalau semuanya sama saja baginya dan ketika perusahaan ini sudah mencapai suksesnya, tidak akan jadi masalah apa yang akan terjadi padanya. Ki-hoon menambahkan sambil tersenyum kalau Jung-woo masih membiarkannya hidup setelah itu, maka akan menjadi hal yang sangat menarik.
Hyo-sun memeriksa ibu yang malam ini sedang minum sendirian. Hyo-sun melihat keragu-raguan ibu untuk pertama kalinya – ibu mencurahkan kesedihan dan kematiannya setelah kematian Dae-sung. Bagi Hyo-sun, melihat orang lain dalam keluarganya berduka atas kematian ayahnya – yang hal ini disembunyikan oleh Eun-jo – membuat tembok diantara mereka hancur.
Ibu mengutip kata2 dari diari Dae-sung tentang Hyo-sun dan mengatakan kalau dia membacanya berulang-ulang sampai matanya kabur. Hyo-sun meminta pelukan ibu. Kang-sook bertanya, “Apa kau putri pria itu? Putri pria bodoh itu? Jika dia begitu takut hidup tanpaku, kenapa dia meninggalkanku sendiri tanpa dirinya?” Hyo-sun mencari tangan ibu lalu meletakkannya di kepalanya dan meminta ibu untuk memanggilnya ‘sayangku’ hanya satu kali saja. Ibu mengelus rambut Hyo-sun sambil menangis. Ibu menuruti kemauan Hyo-sun dan akhirnya memberikan Hyo-sun kasih sayang yang benar2 dia cari selama ini.
Eun-jo kembali dari Jepang dan terlihat lebih buruk dari biasanya. Dia mengabaikan protes Jung-woo bahwa mereka harus pergi ke rumah sakit. Mereka tiba di gudang anggur tepat waktu untuk mendengarkan berita buruk. Ki-hoon baru saja mendapatkan telpon dari pembeli Jepang kalau mereka membatalkan penyewaan mesin dan pemesanan anggur beras. Eun-jo pingsan mendengarkan berita ini.
Ki-hoon mengangkat Eun-jo dan mendorong Jung-woo. Dia ingin mengatarkan Eun-jo semdiri ke rumah sakit. Eun-jo terbangun dan mencoba mengatakan kalau dia baik2 saja. Sementara itu, Hyo-sun menelpon pembeli Jepang untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia lalu pergi ke musuh yang mengambil kesempatan besar dari depan hidungnya… Hong Ki-jung.
Mereka bertemu. Hyo-sun belum mengatakan apa2 tapi Ki-jung sudah menjatuhkannya dan membuatnya merasa sebagai orang tolol dan tidak berpengalaman. Ki-jung mengumumkan kalau dia tidak tertarik bermain jujur. Dia sudah melakukan penawaran dan menang. Ki-jung berharap kalau Eun-jo yang akan datang sebab dia punya sesuatu yang akan dikatakan pada Eun-jo. Karena tahu kalau Hyo-sun adalah saudari yang termuda maka Ki-jung mengusirnya dengan sopan.
Malam itu, Hyo-sun memberitahu Ki-hoon kalau Hong Ju yang merampas peluang mereka. Ki-hoon ketakutan dan berkata, “Bagaimana kau… mengetahuinya?” Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon juga sudah tahu. Tapi Hyo-sun sama sekali tidak menaruh curiga apa2. Hyo-sun mengumumkan menyatakan perang dengan Ki-jung dan bersumpah akan menghancurkan pria itu. Hal ini memicu ketakutan yang lebih besar dari Ki-hoon bahwa Hyo-sun pergi sendiri menemui kakaknya yang jahat.
Hyo-sun membersihkan kamar ibu. Di saat yang bersamaan dia juga menjaga Jun-su. Dia menemukan buku harian ayah dan gembira karena mengenali itu sebagai tulisan ayah.
Eun-jo dan ibu pulang dari rumah sakit. Ibu bertanya bagaimana menurut Eun-jo kalau mereka diusir dari rumah ini besok. Eun-jo berkata kalau perjanjian itu lebih penting dan jika hal itu gagal, mereka harus pergi juga. Yang mengejutkan, Kang-sook tidak ketakutan mendengar berita ini.

Ibu pergi ke kamarnya dan menemukan Hyo-sun sedang dikelilingi oleh buku harian Dae-sung. Kang-sook memandangi Hyo-sun dengan tatapan kaget ketika Hyo-sun gemetar dan menengadahkan wajahnya pelan2 ke ibu.

Sinopsis Cinderella’s Sister – Episode 13

Ki-hoon memukul-mukul pintu depan. Memanggil nama Eun-jo berulang-ulang dan siap untuk mengatakan semuanya pada Eun-jo. Di sisi lain, Eun-jo baru saja mencoba anggur beras yang membuatnya sedikit mabuk dan untuk itu dia tidur di dalam waktu Ki-hoon memanggil namanya. Dengan perlahan, Eun-jo bangun dan mendengar teriakan itu. Dia berjalan sempoyongan dan akhirnya keluar.

Tapi Jung-woo lebih dulu tiba disana dan membawa Ki-hoon ke dalam. Dia menyuruh Eun-jo untuk masuk karena Ki-hoon benar2 mabuk. Di kamar mereka, Jung-woo memandang Ki-hoon. Dari luar, Eun-jo memanggilnya sambil membawa dua nampan yang berisi dua gelas teh. Eun-jo berkata kalau minuman itu untuk Jung-woo dan Ki-hoon. Tapi Jung-woo tidak bodoh dan tahu minuman itu untuk siapa sebenarnya. Dia bertanya kenapa Eun-jo menyukai Ki-hoon.
Eun-jo menyindir Jung-woo dan memintanya untuk tidak bercanda. Jung-woo meraih tangan Eun-jo dan menariknya keluar dimana Jung-woo berusaha keras membuat Eun-jo sadar dari mabuknya. Tapi dia menyerah dan putus asa. Alasan kenapa Jung-woo marah ketahuan ketika dia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika dia membuka gerbang. Ki-hoon maju dengan tiba2 – Jung-woo membantunya berdiri – dan dia mengatakan semuanya pada Jung-woo sebab Ki-hoon menganggap Jung-woo sebagai Eun-jo.
Ki-hoon menumpahkan semuanya tentang keinginannya untuk mengambil alih dan menjadikan perusahaan Dae-sung sebagai bagian dari Hong Ju. Serta bagaimana Ki-hoon ingin mengembalikannya lagi pada Dae-sung. Akan tetapi, Dae-sung meninggal setelah mendengar Ki-hoon berbicara dengan kakaknya di telpon. Sekarang Jung-woo terbebani dengan informasi ini ketika dia melihat Eun-jo tapi tidak ingin memberitahunya. Dia tahu bagaimana perasaan kedua orang itu. Jung-woo bertanya apakah Eun-jo ingin tahu orang seperti apa Ki-hoon. Eun-jo memperingatkan Jung-woo untuk menjaga ucapannya – siapa Jung-woo hingga berani berkata demikian?

Eun-jo: Rasanya sakit ketika aku tidak melihatnya dan ketika aku melihatnya. Rasanya sakit kalau dia disini dan tidak disini. Sakit bila dia tersenyum padaku atau kepada orang lain. Sakit kalau dia memanggil namaku atau tidak. Selama aku tidak menghilang dari dunia ini, aku rasa aku akan terus merasa sakit, Jung-woo, tapi masih, berada disini lebih baik. Bisa melihatnya dan membencinya lebih baik daripada dia tidak disini.
Eun-jo mengatakan kalimat2 ini dengan suara parau dan seolah-olah dia berada di tempat yang jauh. Sekarang dia kembali ke masa kini dan memanggil Jung-woo ‘anak muda’. Eun-jo bahkan berkata, “Kau sudah dewasa, Jung-woo kita!” Setalah kalimat itu, Eun-jo berjalan sempoyongan kedalam rumah.

Keesokan harinya Ki-hoon bangun dan mendapati dirinya tidur di lantai. Ketika Ki-hoon bangun, Jung-woo meminta bicara dengannya dan bertanya kenapa Ki-hoon tidak memintanya untuk merahasiakan pengakuannya dari Eun-jo. Ki-hoon menjawab kalau itu karena dia harus mengatakannya. Jung-woo memukul Ki-hoon. Berani2nya dia mengatakan hal itu pada Eun-jo. Jung-woo berujar, “Jika kau mengatakan hal itu padanya, kakakku tidak akan bisa bernafas. Kau akan terbebas jadi pikiranmu bisa tenang. Lalu bagaimana dengan kakak? Apa yang terjadi padanya?” Jung-woo berteriak pada Ki-hoon, “Apa kau akan membunuh Eun-jo?!”
Ki-hoon memperingatkan Jung-woo untuk menutup mulutnya sebab dia sendiri yang akan memberitahu Eun-jo. Jung-woo berkata, “Eun-jo berkata kalau rasanya sakit entah itu melihatmu atau tidak melihatmu, tapi dia lebih memilih melihatmu. Kau bersalah, kan? Kau ingin menerima hukuman, kan? Jadi biarkan rahasia itu menjadi hukuman seumur hidupmu dan tidak diberi maaf.”

Kalimat2 itu memberikan efek besar pada Ki-hoon tapi keputusan utamanya tetap melekat di kepala Ki-hoon. Dia berputar di sekeliling rumah untuk mencari Eun-jo. Hyo-sun mendekati Ki-hoon di gerbang dan mendengar kalau oppa mencari kakaknya. Hyo-sun terdiam tapi kemudian dia mengatakan kalau Eun-jo ada di lab. Ki-hoon berangkat secepat mungkin untuk menemui Eun-jo disana. Sayangnya, waktu Ki-hoon sampai disana ternyata lab kosong.

Ternyata, Hyo-sun tahu kalau Eun-jo tidak ada di lab. Kemudian dia menelpon Eun-jo dan mengatakan kalau ada hal yang ingin dia bilang. Apakah Eun-jo bisa segera pulang? Berikutnya, Ki-hoon menelpon Eun-jo dan mengatakan kalau ada hal sangat penting yang ingin dia katakan atau kalau tidak, dia tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Dimana Eun-jo? Ki-hoon lalu menelpon ayahnya dan menjelaskan kenapa dia mau bekerja pada ayahnya dulu. Mungkin awalnya dia memulai dengan keinginan untuk balas dendam pada ibu tirinya dan Ki-jung tapi ada juga bagian dari dirinya yang ingin menyelamatkan keluarganya.
Akan tetapi, sekarang Ki-hoon akan menyerahkan semuanya. Sahamnya, warisannya, bahkan identitasnya sebagai putra Hong – dia akan menyerahkan segalanya. Lebih jauh, kalau ayah atau Ki-jung mencoba mengganggu perusahaan Dae-sung lagi, maka Ki-hoon akan memperlakukan mereka seperti orang asing dan tidak akan ragu2 membeberkan pada public perbuatan illegal mereka. Ki-hoon berujar, “Aku akan bertemu dengan gadis yang berkata kalau dia lebih baik melihaku meski rasanya sakit. Aku akan menebus semua dosaku dan meminta apakah aku bisa tetap tinggal, apakah aku tetap bisa melihatnya. Jika dia setuju, aku akan melakukannya.”
Ki-hoon sampai di rumah dan melihat mobil Eun-jo baru saja terparkir. Tepat ketika Ki-hoon akan masuk ke dalam, mobil ketiga muncul dan menghentikannya. Alasan kenapa Hyo-sun menelpon Eun-jo bukan karena urusan penting tapi untuk sebuah ketakutan yang langsung dia utarakan. Dia mengatakan pada Eun-jo kalau Ki-hoon mencarinya seperti ada urusan yang sangat penting tapi tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Hyo-sun benci digantung seperti itu dan tidak tahu apa2 tapi itu membuatnya malu. Hyo-sun sangat ingin tahu alasan kenapa Ki-hoon mencari Eun-jo dengan sangat serius.

Eun-jo mendesah (dia sangat tahu bagaimana Hyo-sun) tapi tetap merasa sakit hati karena hal itu. Dia mengatakan kalau Hyo-sun bisa ikut dengannya mulai sekarang. Kalau Hyo-sun merasa begitu tidak nyaman sebaiknya mereka menelpel dari sekarang. Eun-jo bersikap sangat manis pada Hyo-sun. Mereka menuju lab dan Hyo-sun berusaha membantu sebisanya.
Rencana Ki-hoon untuk mengakui perbuatannya terganggu oleh kedatangan kakak keduanya, Ki-tae yang sangat tertarik pada Hyo-sun. Oleh karena itu dia meminta agar dikenalkan pada Hyo-sun. Dia meminta Ki-hoon untuk melakukan itu! Ini menarik sebab Ki-tae bukan orang yang sejenis dengan Ki-jung. Akan tetapi, pertemuan ini terganggu dengan sebuah telpon yang mengabarkan kalau ayah masuk rumah sakit. Ki-tae tidak tahu kenapa tapi hal itu terjadi setelah ayah menerima telpon dari Ki-hoon.
Ki-jung tiba di rumah sakit untuk bergabung dengan saudara2nya di sisi tempat tidur ayahnya. Dia sangat dingin dan Ki-tae menyalahkan Ki-jung atas apa yang terjadi pada ayah. Kakak dan ibu sudah merencanakan untuk mengambil alih Hong Ju, kan? Lalu ibu tiba dan memarahi mereka karena berteriak. Ki-tae adalah yang paling emosional dan dia berkata kalau mereka semua menyebalkan dan pergi. Ki-hoon mendengarkan dengan kaku ketika ibu tirinya dan Ki-jung bercakap-cakap tentang bagaimana kejadian ini membuat rencana bisnis mereka menjadi tertunda.

Seorang penjahat tiba di rumah Hyo-sun dan menanyakan Kang-sook. Dia dikirim oleh kakaknya untuk menemui Kang-sook dan kalau dia menyebutkan nama kakaknya maka itu cukup untuk membuat Kang-sook menyerahkan sejumlah uang. Ketika melihat mobil Eun-jo masuk ke pekarangan rumah, Kang-sook setuju untuk memberikan uang pada penjahat itu dan menyuruhnya pergi secepatnya. Ketika ibu kembali ke dalam rumah, dia melihat paman Hyo-sun berlari – dia sudah mendengar semuanya.
Hyo-sun bertanya pada Eun-jo apakah dia tahu seorang pria bernama Jang Taek-geun dari keluarga ibu. Jelas dia bukan kakak ibu dan Eun-jo langsung tahu apa yang terjadi dan menemui ibu. Eun-jo memandangi ibu dan bertanya apa yang akan ibu lakukan untuk menangani keadaan ini. Kang-sook berjanji untuk membereskannya tapi Eun-jo bertanya lagi apa yang akan ibu lakukan kalau Hyo-sun tahu.

Untuk menjauhkan Hyo-sun dari ibu untuk beberapa saat, Eun-jo memberikan tugas untuknya. Mereka harus tahu apa terjadi pada ekspor ke Jepang (Eun-jo sudah meminta bantuan reporter Dong-soo untuk hal ini), tapi dia sama sekali tidak bisa menghubungi Ki-hoon. Eun-jo meminta Hyo-sun untuk membawa Ki-hoon secepatnya. Berikutnya, Eun-jo meminta bantuan Jung-woo – karena Jung-woo sudah tahu bagaimana paman Jang, jadi dia bisa mempercayakan Jung-woo untuk tugas yang ini.

Pertama-tama, Eun-jo meminta Jung-woo untuk mengirimkan uang pada paman Jang. Jang berkata kalau mereka belum memenuhi tuntutannya, maka dia akan terus mengirim orang hingga uang yang dia minta terpenuhi. Jung-woo menjamin kalau dia akan menangani itu semua tapi kemudian Eun-jo mengubah pikirannya – dia akan pergi bersama Jung-woo. Ada hal yang ingin Eun-jo katakan sendiri pada Jang, jadi mereka bisa pergi bersama. Jung-woo dengan hati2 bertanya apakah sudah ada yang terjadi – dia khawatir kalau Ki-hoon sudah mengatakan yang sebenarnya. Jung-woo tenang karena yang terjadi tidak seperti yang dia pikirkan.
Kang-sook tidak ingin menyerahkan uang tapi Eun-jo menyuruhnya untuk menurut – mereka tidak ingin para tetua tahu, kan? Dengan putus asa, Kang-sook mengeluarkan buku tabungannya dari lemari – ada sesuatu yang menarik perhatiannya, dan dia menarik setumpuk buku dari bagian belakang lemari. Ternyata itu adalah buku harian Dae-sung. Kang-sook membaca bagian pertama yang merupakan tulisan Dae-sung sekitar 8 tahun yang lalu. Dae-sung menulis tentang pertemuan pertamanya dengan Kang-sook.

Buku harian Dae-sung: Seseorang datang padaku. Dia seperti angin musim semi. Dia membawa harum bunga dalam angin musim semi. Wangi itu berasal darinya seperti berasal dari bunga. Aku bersumpah untuk memijat kakinya selamanya. Aku sudah membuat begitu banyak sumpah. Pria bodoh melakukan itu. Pria bodoh ini sekali lagi membuat sumpah. Bahwa aku tidak akan membiarkan air mata keluar dari matanya…

Ki-hoon kembali ke rumah dimana Hyo-sun telah menunggunya sesuai perintah Eun-jo. Ki-hoon terlihat lelah dan Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon baik2 saja. Apakah sesuatu terjadi padanya. Dengan perlahan Hyo-sun meletakkan tangannya di wajah Ki-hoon dengan sikap yang menenangkan. Secara mengejutkan, Ki-hoon mengangkat tangannya dan memeluk Hyo-sun sebelum akhirnya dia melepaskan pelukan itu. Ki-hoon berbalik dan pergi.
Dan benar saja, lama setelah Ki-hoon pergi Hyo-sun masih berdiri di halaman. Dia kaget dan tidak bergerak sama sekali. Ketika Ki-hoon masuk ke kamarnya, Jung-woo memandangnya dengan kecewa dan memastikan kalau dia tidak mengatakan apa2 pada Eun-jo. Ki-hoon bertanya apakah hanya hal itu yang Jung-woo pedulikan. Setelah mengetahui kalau Ki-hoon adalah bagian dari Hong Jud an kenapa dia kesini, dan apa yang dia lakukan pada Dae-sung, Eun-jo adalah satu2nya hal terpenting? Ki-hoon bertanya kenapa Jung-woo tidak mengatakan apa2.
Jung-woo menjawab kalau dia percaya pada Ki-hoon ketika Ki-hoon mengatakan kalau dia akan mengembalikan perusahaan pada Dae-sung, “Jika aku tidak mempercayainya, itu akan membuatmu tampak menyedihkan.” Jung-woo bergumam kenapa Ki-hoon tidak tahu betapa Eun-jo menyukainya.
Dengan perlengkapan yang segera datang, mereka bisa memulai membuat anggur beras lagi sedangkan Eun-jo bisa melanjutkan percobaannya. Ki-hoon dan Hyo-sun mengunjungi pemasok beras lama mereka dan membuat permintaan – hanya kali ini saja. Bisakah dia menghormati hubungan yang penjual itu jalin dengan Dae-sung ketika Dae-sung masih hidup?

Pria itu mengalihkan pandangannya dari Hyo-sun. Hyo-sun mengatakan kalau dia tahu pemasok beras itu datang ke pemakaman ayahnya. Pria itu mencoba untuk membuat wajahnya tetap tegas tapi mengalami kesulitan ketika Hyo-sun mengaku bahwa kalau saja pria itu menyapanya, dia mungkin sudah pingsan karena menangis terlalu lama sebab pria itu bisa mengingatkan Hyo-sun pada ayahnya. Ucapan terima kasih Hyo-sun memecah ketegangan pria itu dan bahkan dia harus menghapus air matanya dengan sapu tangan.
Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan perasaan bercampur. Ki-hoon mengerti kenapa jadi dia berkata, “Kau adalah orang yang sangat baik, Hyo-sun.” Ki-hoon mengatakan kalau dia iri karena Hyo-sun punya sikap seperti itu. Ki-hoon berujar lagi, “Kau orang yang baik. Percayalah itu.” Kata2 itu membuat Hyo-sun gugup. Dia lalu bertanya kenapa kata2nya yang tulus tidak memberikan pengaruh apa2 pada Ki-hoon. Tapi Ki-hoon menjawab kalau memang ada pengaruhnya. Ki-hoon, “Kau menyukaiku, percaya padaku, perasaanmu yang tulus – aku tahu!” Hyo-sun sedikit malu dan berkata, “Kau tahu?”
Ki-hoon menjawab, “Aku tahu, karena itulah aku mengatakan ini padamu. Karena itulah aku menolakmu seperti ini.” Ki-hoon menambahkan kalau dia akan tetap menjaga Hyo-sun dan Eun-jo di masa depan tidak peduli apapun yang terjadi dan meskipun dia tidak mendapatkan maaf. Kalimat2 itu begitu tidak jelas dan Hyo-sun tidak mengerti. Ki-hoon membuatnya menjadi lebih jelas, “Terima kasih atas perasaanmu. Aku minta maaf, aku tidak bisa menerimanya.”

Eun-jo dan Jung-woo mengambil uang untuk dibawakan pada paman Jang. Paman Jang keluar dalam kondisi yang lebih buruk. Jung-woo memandangnya dengan kasihan dan mengajaknya makan siang. Ketika mereka keluar dari resto, barulah Jang memerhatikan Eun-jo disana, menunggu mereka. Eun-jo menyuruh Jung-woo untuk tetap tinggal dan meminta Jang untuk masuk ke mobil. Kedua pria itu menurut tapi dengan enggan. Eun-jo mengatakan pada Jung-woo kalau dia tidak kembali dalam dua jam maka Jung-woo harus pulang ke rumah tanpanya.

Itu sebuah peringatan buat Jung-woo kalau Eun-jo akan melakukan sesuatu yang tidak akan mampu cegah kalau dia tidak bersama Eun-jo. Maka Jung-woo mencoba mengejar mereka. Tapi Eun-jo mempercepat mobilnya dan membuat paman Jang ketakutan karena dia ngebut. Akhirnya, dia menepi di sebuah tempat dan menyuruh Jang untuk keluar. Eun-jo berteriak ketika Jang tidak bereaksi. Dan kemudian, Eun-jo berlutut dihadapan Jang! Eun-jo memohon, “Selamatkan aku, paman!” Dia mengatakannya dengan kata2 yang sopan.

Eun-jo: Selamatkan aku. Aku merasa sekarat. Setiap hari, aku merasa aku akan mati. Aku benar2 sekarat. Aku hidup karena aku tidak bisa mati. Aku… aku adalah putri ibuku. Eun-jo putri Song Kang-sook. Si jalang Eun-jo. Ketika kau tidur dalam keadaan mabuk, ada kalanya aku ingin membunuhmu – kau tidak tahu itu, kan? Aku bahkan memegang pisau. Setiap kali kau mabuk dan memukul ibuku, aku mengasah pisauku untuk memotong tangan ini. Gadis muda itu membayangkan hal semacam itu untuk memotong tangan itu. Apa kau tahu itu?
Kata2 itu membuat Jang ketakutan dan dia mulai meminta maaf. Tapi suara Eun-jo mengeras dan dia menyuruh Jang tutup mulut. Jika Jang benar2 menyesal, seharusnya dia berhenti bersikap seperti itu – tapi Jang selalu minta maaf lalu mengulangi hal yang sama. Dengan tajam, Eun-jo berkata, “Lihat aku. Aku akan menunjukkan padamu kalau kesalahanmu bisa membunuh seseorang dengan mudah!”

Setelah itu, Eun-jo berjalan menuruni bukit dan menuju ke tepi danau. Eun-jo tidak berhenti tapi dia terus berjalan hingga masuk ke dalam danau. Kakinya mulai tenggelam, pinggangnya mulai tenggelam dan dadanya mulai tenggelam. Selama itu, wajah Eun-jo terlihat teguh! Jang sangat terkejut. Dia terburu-buru menuruni bukit dan muncul di belakang Eun-jo. Dia menarik Eun-jo dan menyeretnya naik ke daratan. Eun-jo berteriak memprotes. Tapi paman Jang membawa Eun-jo keluar dari air dan kembali ke mobil. Dia meletakkan Eun-jo di rumput. Eun-jo menjerit dan menangis.

Kang-sook menemukan jurnal tahunan yang dimiliki suaminya. Dia kembali mencari yang lainnya di kamar. Kang-sook mengobrak-abrik kamar tapi tidak menemukan apapun. Dia lalu beralih mencarinya di kantor Dae-sung. Dia menarik buku dari rak sampai akhirnya dia beralih ke laci dan menemukan sesuatu: diari Dae-sung tahun 2010. Di dalam buku itu, Dae-sung menulid bagaimana dia tahu kalau istrinya bertemu dengan pria lain tapi karena dia menjadi pria yang bodoh maka dia tidak berani bertanya kenapa. Setiap kali dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, dia tahu hidup yang sudah dia jalani dengan Kang-sook selama 8 tahun akan berakhir dan tidak mengatakan apa yang ingin dia katakan. Dae-sung menulis, “Bahwa hidupku akan berkanjut tanpanya – aku paling takut hal itu.”

Kang-sook membawa buku itu kembali ke rumah – Eun-jo sudah memberitahunya kalau Dae-sung sudah tahu tapi Kang-sook berusaha untuk tidak percaya. Tapi sekarang dia sudah tahu. Kang-sook duduk di depan foto pernikahannya sambil terisak.

Sinopsis Cinderella’s Sister – Episode 12

Eun-jo berlutut di depan Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk lari bersamanya. Ki-hoon membawa Eun-jo ke gudang anggur dan memberinya minum untuk menenangkan diri. Ki-hoon berpikir kalau seandainya dunia datar, tidak bulat, mereka baru bisa kabur: “Meski kau berlari sampai akhir, tidak dapat dihindari kau pasti kembali ke rumah lagi.” Ki-hoon menantang Eun-jo – bagaimana kalau Ki-hoon bilang iya? Apakah Eun-jo siap lari ke ujung dunia bersamanya? Ki-hoon: “Jika kau bingung, apa yang seharusnya aku lakukan?”

Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo untuk tetap tinggal dan melakukan apapun yang dia mau. Sedangkan, Ki-hoon yang akan membereskan sisanya. Eun-jo bilang kalau dia tahu hatinya sendiri. Tapi dia tidak tahu dosa apa yang sudah diperbuat Ki-hoon sehingga begitu terikat pada rumah ini. Eun-jo bertanya apakah mungkin Ki-hoon ingin sepotong pai, seperti ibunya. Ki-hoon menjawab, “Ada sesuatu yang harus aku bayar. Jika aku tidak bisa, aku akan berakhir seperti Dracula… tidak bisa mati meski aku ingin, selama seribu tahun, sepuluh ribu tahun.”

Eun-jo bertanya hutang apa itu tapi Ki-hoon tidak bisa memberitahunya. Eun-jo bertanya lagi bagaimana jadinya kalau dirinya kabur sendiri saja. Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo kalau dia harus melakukannya kalau memang ingin. Ki-hoon pasti akan membantu sebisanya. Ki-hoon bertanya kemana Eun-jo ingin pergi?
Eun-jo duduk di kamarnya sambil memandang peta Ushuaia yang Ki-hoon buatkan untuknya 8 tahun yang lalu. Dia bimbang tapi kemudian memasukkan gambar itu ke dalam tas tuanya lalu keluar. Tepat di luar pavilion, Eun-jo ingat saat Dae-sung dulu datang ketika dia ingin kabur. Kali ini, Eun-jo mengatakan dengan keras hal2 yang ingin dia ucapkan pada Dae-sung. Mungkin karena dia tinggal di rumah inilah Dae-sung mati. Eun-jo minta maaf tapi dia tahu tidak peduli apapun, Dae-sung pasti akan memaafkannya.
Ketika Eun-jo melangkah keluar rumah, Ki-hoon yang menunggu di dalam mobilnya siap mengantar Eun-jo kemanapun dia mau. Eun-jo dengan tenang melewati mobil itu dan Ki-hoon membuntutinya dari belakang. Saat Eun-jo melewati tembok luar halaman rumah, dia ditarik oleh suara aktivitas di dalam gudang anggur. Ini membuat Eun-jo berhenti; dia punya perusahaan itu dan karena itu dia tidak bisa pergi. Paman Hyo-sun dan paman yang lain menyapa Eun-jo dengan hangat dan memanggilnya ‘bos kecil’. Eun-jo hanya tersenyum dan mereka semua kembali bekerja dengan penuh semangat.

Eun-jo memandangi mereka semua hingga dia menangis. Ki-hoon melihat dari belakang ketika Eun-jo menangis. Eun-jo akhirnya membiarkan tas tuanya jatuh dari bahunya. Tas itu jatuh dengan suara gedebuk yang dramatis sekali. Ki-hoon memungut tas yang jatuh itu dan meletakkan tangannya di bahu Eun-jo sama seperti yang sering dilakukan Dae-sung.

Inilah Jung-woo yang terlihat semakin hot saja. Dia tidak berada di latihan tentara tapi dia bekerja di lokasi pembangunan. Dia mencoba untuk mendapatkan beberapa won agar noona Eun-jo tidak kelaparan jika perusahaan anggur bangkrut.
Ki-hoon pergi untuk menemui Dong-soo, orang yang dulu membawakan bunga untuk Eun-jo waktu dia masih sekolah. Sebenarnya Ki-hoon cemburu pada pria ini tapi dia bersikap wajar saja. Ki-hoon meminta Dong-soo, yang sekarang seorang wartawan, untuk menulis cerita tentang pabrik anggur. Dong-soo masih bersikap sama seperti waktu remaja dulu tapi dia benar2 tertarik untuk menulis tentang pabrik anggur.

Eun-jo memimpin upacara ritual dimana dalam hal ini dia menggantikan tempat Dae-sung. Setelah upacara, Kang-sook mengepak pakaian Dae-sung yang dia lakukan dengan pelan dan dia terlihat sedih sebab dia ingat perkataan Eun-jo kalau Dae-sung tahu rencana Kang-sook tapi tetap mencintainya.

Hyo-sun tetap berusaha keras untuk mendapatkan sisi baik ibu. Kang-sook memandang Hyo-sun dengan tajam ketika Hyo-sun membungkuk dihadapannya dan mengatakan tentang kue beras upacara dan bagaimana semua orang telah memakannya untuk mendapatkan berkah. Kang-sook ingat kata2 Eun-jo kalau Hyo-sun sama seperti ayahnya tapi dia tetap saja menghindari anak tirinya itu.

Hyo-sun mengikuti ibu dan bahkan berani meletakkan sepotong kue beras di mulut ibu untuk membuatnya tenang. Tapi Kang-sook malah membuangnya di lantai yang kotor dengan sikap jijik. Sambil menangis, Hyo-sun memungutnya dan memakannya. Kang-sook kembali berpikir kalau Hyo-sun sekali lagi mencoba membodohi dirinya.
Hyo-sun mencoba membantu ibu membuat makan siang tapi ibu malah pergi dan menyuruh Hyo-sun menyiapkannya sendiri. Ibu heran pada keberanian Hyo-sun yang tidak padam juga. Tapi ketika ibu pergi, Hyo-sun mulai terlihat sangat terlukan. Dia berhenti memotong lauk jadi dia pergi ke para bibi di gudang anggur untuk meminta tips memasak. Mereka memberikan sisa makanan dari gudang untuk dipakai Hyo-sun yang diterima dengan gembira.
Kemudian Kang-sook melihat Hyo-sun dan bertanya dari mana makanan itu berasal. Hyo-sun dengan hati-hati mengatakan tentang ajumma dan nenek di gudang anggur meski sudah diusir oleh ibu. Kang-sook marah dan melempar semua hal yang dekat dengannya. Dia lantas pergi ke gudang anggur dengan penuh dendam. Dia memarahi para ajumma itu karena sudah berani menentang perintahnya. Hyo-sun jelas membela para ajumma.

Berikutnya, paman Hyo-sun masuk untuk minta makan dan bisa dilihat kalau Kang-sook menuduh paman sebagai biang kematian Dae-sung. Ibu bahkan mendorong Hyo-sun ke tanah ketika dia mencoba untuk ikut campur. Akhirnya, Eun-jo datang. Kalau ada orang yang bisa menyamai ketajaman mata ibu, orang itu adalah Eun-jo. Bahkan ibu sendiri takut saat melihat kedatangan anaknya ini.
Eun-jo menyeret ibunya ke dalam rumah. Eun-jo berkata, “Ibu, kau ada di pihak-ku, kan? Bukan di pihak Hyo-sun tapi di pihak-ku?” Ibu kaget mendengar ucapan ini. Eun-jo menjelaskan pada ibu kalau pabrik anggur sekarang milik para pemilik saham. Mereka akan memberikan perusahaan pada Hyo-sun kalau ibu tetap memerlakukan Hyo-sun dengan kejam. Dia juga mengatakan kalau Hyo-sun punya kendali lebih besar pada perusahaan ketimbang mereka. Sebab, Hyo-sun bisa melarang penjualan barang2 dan lain2nya. Pada dasarnya, Eun-jo membuat alasan agar ibu bersikap baik pada Hyo-sun lagi, untuk mengamankan hak mereka ada harta kekayaan itu, dan membohongi Hyo-sun agar memberikan kekayaannya lebih banyak.
Ini memang jenius dan Kang-sook jelas mempercayainya: uang! Bahkan Eun-jo memberikan alasan bagus agar Kang-sook mau bersikap baik pada Hyo-sun. Ibu memakan umpan itu dan bahkan berencana untuk menambah pundi2 emasnya. Eun-jo bahkan menambahkan kalau ibu adalah satu2nya orang yagng bisa berbuat baik pada Hyo-sun sebab Eun-jo muak melakukan hal seperti itu.

Ki-hoon mengajak Hyo-sun berkendara ke sungai agar Hyo-sun bisa keluar dari rumah. Dia bahkan menyarankan agar Hyo-sun pergi ke dokter untuk memeriksan sakit di dadanya. Tapi itu bukan sakit seperti yang Ki-hoon kira. Sakit itu hanya karena Hyo-sun sering menahan air matanya. Hyo-sun berkata, “Dia menyuruhku untuk tidak menangis… Eun-jo. Aku rasa dia tidak suka bila aku menangis. Tidak apa2. Dia tidak melawanku lagi. Kadang2 bahkan dia bersikap baik.” Ki-hoon mengatakan kalau tidak apa bila Hyo-sun menangis apalagi disini hanya ada mereka berdua. Ki-hoon bahkan membiarkan Hyo-sun bersandar pada dirinya dan memegangnya ketika Hyo-sun mengelurakan semua air matanya. Ki-hoon juga menangis dan minta maaf.

Jung-woo telah kembali. Eun-jo menyuruhnya langsung bekerja ketika mereka meneliti perusahaan anggur beras yang mungkin saja menjadi saingan. Jung-woo bertanya apakah Eun-jo memakai bros yang dia berikan. Tapi Eun-jo tidak menjawab. Ini membuat Jung-woo mencari di jaket Eun-jo tapi akhirnya dia melihat benda itu tersemat di bagian bawah jaket Eun-jo. Jung-woo tersenyum. Dia sangat puas.
Jung-woo meminta Eun-jo untuk mengatakan kalau dia tidak punya uang. Dia lalu mengeluarkan amplop dan meletakkannya di atas meja. Dia berkata kalau itu adalah milik noona. Eun-jo bertanya dimana Jung-woo mendapatkan uang itu. Jung-woo bercanda kalau dia menang dalam permainan Jalan dan Berhenti. Tapi dia menarik kembali perkataannya ketika melihat reaksi Eun-jo. Jung-woo lalu bertanya apakah Eun-jo sudah makan malam. Pada akhirnya, Jung-woo menarik tangan Eun-jo untuk mengajaknya makan malam.

Eun-jo berhenti dan berteriak, “Jangan kurang ajar!” Jung-woo langsung menjawab, “Jangan kejam pada dirimu sendiri. Aku sudah katakan padamu, aku tidak tahu apa2 tentang hal lain, tapi aku tidak akan membiarkanmu tidak makan!” Jung-woo mengantar Eun-jo ke resto dan bahkan membukakan pintu mobil untuknya. Eun-jo melihat mobil Ki-hoon di resto itu tapi dia sama sekali tidak berkata apa2. Jung-woo memegang tangan Eun-jo dan mereka pun masuk ke dalam. Eun-jo melepaskan tangannya lalu matanya melihat Ki-hoon dan Hyo-sun sedang makan.

Tepat ketika Hyo-sun memanggil Eun-jo, Jung-woo meraih tangan Eun-jo dan mengajaknya ke meja Ki-hoon dan Hyo-sun. Ki-hoon berbalik dan saling pandang dengan Eun-jo kemudian mata Ki-hoon tertuju pada tangan Eun-jo. Mereka makan bersama. Hyo-sun bertanya apa hubungan Jung-woo dan Eun-jo. Jung-woo hanya menyeringai dan tidak memberikan jawaban sedangkan Ki-hoon terlihat super kesal!
Eun-jo ingin pergi tapi Jung-woo menolak untuk pergi sampai Eun-jo menghabiskan makanannya. Jung-woo bahkan meletakkan kembali sendok Eun-jo ditangannya dan berkata, “Kau dan aku harus menghabiskan makanannya!” Hyo-sun terlihat kagum pada situasi ini – sedangkan Eun-jo sepertinya mendengarkan orang lain.
Ki-hoon cemburu dan dia meletakkan makanan di piring Hyo-sun dan memintanya untuk makan. Jung-woo melakukan hal yang sama dan Eun-jo memakannya. Efek dari keadaan ini sangat besar: Jung-woo tersenyum (senang karena dia berpikir sudah memenangkan hati Eun-jo), Hyo-sun terlihat tidak percaya. Dia melihat sisi lain Eun-jo. Dan Ki-hoon adalah yang paling menderita.

Eun-jo dan Hyo-sun pulang ke rumah. Mereka disambut oleh ibu yang terlihat cerah ceria. Hyo-sun memandangi ibu lalu beralih ke Eun-jo untuk tahu apa yang terjadi. Ketika berada di dalam, Hyo-sun berjalan ke pintu kamar ibu. Akan tetapi, Eun-jo menghentikannya. Dia tahu terlalu aneh kalau ibunya tiba2 bersikap baik. Eun-jo menarik Hyo-sun dari sana untuk melindunginya.
Ki-hoon memeriksa Jung-woo – bagaimana dia akan berbagi kamar dengan bocah itu? Bagaimana caranya agar mereka tidak saling bunuh di kamar? Pikiran ini membuat Ki-hoon terjagar. Sementara itu, di dalam rumah Eun-jo juga sedang merenung.
Keesokan harinya, Hyo-sun mencoba anggur beras yang telah dibuat. Dia menentukan kalau hanya satu dari enam kendi yang rasanya berbeda. Eun-jo tidak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi padahal semuanya melalui proses yang sama. Hyo-sun berkata kalau raginya yang berbeda tapi itu tidak apa sebab mereka sudah punya yang bagus. Sekarang mereka hanya harus menciptakan ulang anggur beras yang terbaik.
Di tempat lain. Ki-tae, kakak kedua Ki-hoon, duduk di mobilnya dan menonton iklan Hyo-sun berulang-ulang. Sedangkan Ki-jung mendapatkan berita buruk kalau salah satu pembelinya yang asal Jepang memutuskan untuk membeli anggur beras di pedagang yang lebih baik – Dae-sung. Ki-jung semakin mendidih waktu mendengar kalau anggur beras Dae-sung dijual ke pedagang di Jepang yang berlokasi di Tokyo dan anggur beras ini menjadi semakin terkenal disana. Ki-jung tidak mengerti kenapa Dae-sung masih mendapatkan pesanan padahal generasi kedua Dae-sung tidak bisa menciptakan rasa yang sama dengan yang sebelumnya. Ki-jung akan segera mengetahui hal ini dengan bantuan pembeli dari Jepang.

Ki-hoon menyerahkan semua keputusannya pada Eun-jo; apakah mereka harus menyewa mesin khusus dan menerima pesanan atau menolak pesanan. Menurut Ki-hoon perlu mengambil resiko dan dia percaya pada kemampuan Eun-jo. Sedangkan, Eun-jo sama sekali tidak mau mengambil resiko sebab dia takut hal buruk akan terjadi seperti terakhir kali dia memaksa Dae-sung terlalu jauh menuruti arogansinya. Ki-hoon berkata kalau Eun-jo sekarang punya kesempatan untuk menebus semuanya dan menghormati Dae-sung. Sedangkan, Ki-hoon saja tidak punya kesempatan itu. Dia mengatakan kalau dia iri pada Eun-jo karena punya kesempatan itu.
Ki-hoon meletakkan tangannya di bahu Eun-jo lalu tersenyum. Eun-jo memandang Ki-hoon dengan air mata di matanya sedangkan tangan Eun-jo mengepal karena saking kerasnya menahan air mata. Eun-jo berkata, “Jangan lakukan itu.” Ki-hoon mundur dan terlihat terluka. Dia berpikir kalau Eun-jo tidak menginginkannya.

Eun-jo keluar dan Ki-hoon mengikuti sambil meminta keputusan. Ki-hoon mencoba mayakinkan Eun-jo, tapi sayangnya Eun-jo lebih senang mencari aman saja dan berkata kalau mereka tidak boleh menambah hutang. Bagaimana kalau ada perompak seperti terkahir kali? Lalu semuanya terang bagi Eun-jo… Kenapa Eun-jo tidak melakukan apa2 terhadap hal itu? Kenapa dia hanya diam dan tidak mencari tahu pelakunya? Ki-hoon kaget dan mengatakan kalau dia akan menangani masalah itu tapi ini bukan pertanda bagus. Ki-hoon berkata kalau dialah orang yang harus menemukan pelakunya dan kalau mereka mau mengambil kesempatan ini, maka Perusahaan Dae-sung akan kembali. Ki-hoon berkata, “Dan aku bisa…”
Ki-hoon mengantar Eun-jo ke lab dan bertanya apa yang akan Eun-jo lakukan kalau mereka menemukan perampoknya. Eun-jo menjawab kalau dia tidak tahu. Tapi dia mengatakan kalau hal itu mungkin akan memberikannya kekuatan untuk menjalani sisa hidupnya. Dengan memikirkan wajah2 orang itu kekuatan Eun-jo akan bertambah besar. Eun-jo akan membenci orang2 itu tanpa kenal lelah. Dan itu cukup. Dengan kekuatan membenci mereka Eun-jo akan hidup tenang sampai dia mati.
Ketika Ki-hoon keluar, dia melihat mobil ayahnya mendekat dan menghentikannya sebelum ayah bisa masuk. Ki-hoon meminta agar ayah meninggalkan Eun-jo sendiri tapi ayah sudah memutuskan kalau dia akan menemui Eun-jo dan mengatakan semuanya. Jika melakukan itu, ayah harus mengatakan semua keterlibatan Ki-hoon dalam kekacauan itu. Tapi itu tidak masalah sebab istirnya akan segera menceraikannya dan ayah tidak akan punya apa2 lagi. Masalahnya, ketika ayah bercerai maka semua sahamnya akan jatuh pada ibu dan Ki-jung.
Tapi sebenarnya, ayah disini untuk mengajak Ki-hoon ke pihaknya. Pilihannya adalah: Ki-hoon bergabung dengan ayah lagi untuk memenangkan perang ini atau ayah akan masuk dan mengatakan semuanya pada Eun-jo. Ki-hoon tidak mau bergabung dengan ayahnya jadi ayah terpaksa masuk dan bertemu dengan Eun-jo. Tapi sepertinya Ki-hoon akhirnya mengalah.
Malam itu, Eun-jo menemui Ki-hoon di kamarnya dan mengatakan kalau dia setuju untuk menyewa mesin sesegera mungkin. Ki-hoon terlalu ditekan oleh pikirannya tentang ayah jadi dia hanya berkata kalau dia akan melakukannya. Ki-hoon memanggil Eun-jo, “Eun-jo ya…” Tapi kemudian dia terlihat lemas dan tidak jadi meneruskan kata2nya.
Eun-jo kembali ke rumah dan menemukan kalau bibi di dapur sudah kembali yang mengidikasikan kalau ibu menganggap serius ancaman Eun-jo. Dia kaget mendengar tawa dari kamar ibu. Dan ketika dia mengintip, dia melihat ibu, Hyo-sun dan Jun-su sedang tertawa di depan tv. Hyo-sun mengatakan pada ibu kalau seorang pria datang ke rumah tadi dan mencari ibu berkata kalau dia adalah saudara ibu. Hyo-sun tahu kalau ibu sudah tidak punya saudara jadi dia mengatakan pada pria itu kalau dia sudah masuk ke rumah yang salah. Tapi wajah ibu terlihat berbeda. Ibu mengatakan kalau Hyo-sun sudah melakukan hal yang benar sebab tidak ada lagi keluarga ibu yang masih hidup.

Sebelum tidur, Hyo-sun memeluk ibu dan berkata: “Aku tahu aku tidak terlalu kau sayangi. Tapi terima kasih karena sudah baik padaku. Nanti, agar kau bisa memelukku karena kau menyayangiku, aku akan berbuat baik, bu.”
Ki-hoon minum makgulli di gudang anggur. Dia memikirkan kata2 Eun-jo tadi. Ki-hoon menelpon ayahnya dan mengatakan kalau dia sendiri yang akan memberitahu Eun-jo semuanya tapi setelah itu ayah dan Ki-jung tidak boleh mengganggu Eun-jo. Ini bukan hal yang ingin didengar ayah: “Tidurlah ayah. Aku akan menemui Eun-jo sekarang.”

Rasa bersalah atas keterlibatannya dengan Hong-ju dan kematian Dae-sung membuat Ki-hoon tidak mampu menemui Eun-jo. Tapi Ki-hoon sudah memutuskan untuk mengaku meski itu akan menyebabkan Eun-jo membencinya. Ki-hoon tersandug di depan rumah. Dia menghantamkan tangannya ke pintu. Badannya bergetar dan Ki-hoon berteriak, “Eun-jo ya! Eun-jo ya!”